Selasa, 14 September 2010

Obesitas pada anak


Seringkali kita mengatakan atau mendengar istilah obesitas. Pikiran kita langsung mengarah kepada bentuk tubuh yang gemuk, melebihi ukuran tubuh normal. Obesitas merupakan masalah gizi yang berlebih yang kian sering kita jumpai pada anak-anak. Hal ini merupakan konsekwensi dari asupan kalori atau energi yang melebihi kalori yang dibakar melalui metabolisme didalam tubuh.

Hingga saat ini, di Indonesia masih menghadapi permasalahan dalam kesehatan gizi masyarakat, terutama pada usia anak-anak. Disatu pihak terdapat kekurangan gizi, yaitu umumnya didaerah terpencil, sedangkan dikota-kota besar terjadi peningkatan kegemukan.
Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan bom waktu yang siap meledakkan berbagai persoalan kesehatan di kemudian hari. Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, yaitu masyarakat, pemerintah, instansi kesehatan dan para pemangku kepentingan di bidang kesehatan lain untuk bersama-sama menekan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak di Indonesia.

Secara umum, penyebab kegemukan dan obesitas ada tiga faktor yaitu :

1. Faktor Keturunan
Menurut penelitian, ras kulit putih pada periode prapubertas memiliki kecepatan metabolisme yang lebih besar dibandingkan sebaya mereka dari ras kulit hitam. Ras kulit hitam di Amerika Serikat cenderung lebih menderita kegemukan dan obesitas dibandingkan ras kulit putih. Namun ada pula para ahli yang berpendapat bahwa faktor keturunan bukanlah hal utama dalam peningkatan resiko kegemukan dan obesitas pada anak. Bagaimanapun pendapat para ahli, sebaiknya orang tua mesti lebih aktif mencegah kegemukan dan obesitas dengan cara mambatasi asupan kalori dalam menu makan anak, serta memotivasi anak agar mereka lebih aktif bergerak dan berolah raga.

2. Faktor Aktivitas
Pada zaman kita kecil, permainan yang kita lakukan umumnya mengandalkan gerakan fisik. Misalnya bermain kasti, petak umpet, lompat tali dsb. Hal ini berbeda dengan aktivitas anak-anak zaman sekarang yang lebih menyukai permainan play station, game online dan semacamnya yang tidak mengandalkan gerakan fisik. Permainan-permainan tersebut dilakukan individual, minim gerak dan cenderung menghabiskan waktu yang sangat banyak. Apabila hal ini dilakukan dalam waktu lama, maka akan berdampak buruk bagi anak karena berpotensi menyebabkan kegemukan dan obesitas.

3. Faktor Pola Makan
Dahulu ketika kita masih anak-anak, orang tua kita sering bahkan selalu menyediakan makanan tambahan berupa umbi-umbian seperti ketela, ubi, kacang tanah, kimpul, kleci, ganyong ataupun garut. Tetapi anak-anak zaman sekarang, mungkin akan protes apabila kita memberinya makanan seperti itu, pasti dikatakan jadul dan tidak mengikuti trend. Menurut mereka, makanan zaman sekarang seperti pizza, hamburger, spaghetti dll lebih enak dibanding umbi-umbian. Padahal ditilik dari nilai gizinya, umbi-umbian jauh lebih baik dibanding dengan makanan cepet saji tersebut.
Memang iklan untuk makanan cepat saji sangat menggiurkan, bahkan dibuat acara ulang tahun yang dikemas dengan sangat menarik, sehingga anak-anak pasti menyukainya.
Bahkan pemerintah seakan tak berdaya menghadapi gempuan promosi agar anak-anak terus mengkonsumsi makanan junk food tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar